Jumat, 07 Januari 2011

nano biologi ciptakan rokok kretek sehat....

Nano biologi ciptakan rokok kretek sehat

Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin. Demikian peringatan keras yang tertera di setiap bungkus rokok kretek. Namun peringatan tentang bahaya merokok bagi kersehatan itu rupanya dianggap angin lalu saja bagi para pecandu rokok. Mereka tetap enjoy saja merokok, tanpa khawatir sedikit pun tentang kesehatannya. Bahkan ketika tahun 2010 lalu Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa haram merokok, mereka (para pecandu rokok) sedikit pun tak gentar, tetap meneruskan kebiasaanya merokok. Bagi mereka, merokok sudah menjadi bagian dari hidupnya. Untuk itu kalau sehari saja tidak merokok, maka bagian hidupnya itu terasa hilang, hampa dan tak bermakna.

Berangkat dari pro dan kontra itu universitas brawijaya (unibraw) melakukan penelitian tentang nano biologi yang terkandung dalam asap tembakau, yang membuat penghisapnya kecanduan itu. Hasil penelitian universitas tersebut ternyata cukup mengejutkan, karena nano biologi tersebut membuka peluang untuk memodifikasi asap rokok kretek menjadi sangat menyehatkan bagi manusia. pasalnya, pendekatan nano biologi sangat mungkin bisa menjinakkan asap kretek dan dimanfaatkan untuk kesehatan manusia, menyuburkan dan meningkatkan kualitan tanaman pangan.

Hal itu dibenarkan guru besar biologi sel universitas brawijya, Prof Dr Sutiman B Sumitro. Menurut dia, divine cigarette sebagai salah satu prototipe perlakuan terhadap rokok kretek menggunakan pendekatan nano biologi, sduah mulai dirintis dan dikembangkan lebih lanjut di unbraw dan lembaga penelitian peluruhan radikal bebas di malang.

Hasilnya luar biasa. Ternyata asap divine cigarette tidak menimbulkan efek sama sekali pada kelompok tikus yang menjadi percobaan penelitian, bahkan tikus menjadi lebih lincah dengan ransum makanan lebih sedikit dibandingkan tikus kontrol (tanpa divine cigarette).

Asap divine juga terbukti memacu pertumbuhan akar kecambah kedelai dan mendorong pertumbuhan lebih cepat, dan mampu menjadi penyedia elektron pada sistem transfer listrik dalam proses fifiologi normal. Asap kretek menjadi tidak berbau dan menjadikan udara bersih sehingga sangat ramah lingkungan karena perlakuan nano biologi.

Tak diperhatikan

Sayang sekali kata sutiman, fakta ilmiah semacam ini tidak pernah diperlihatkan pemerintah dan industri rokok kretek indonesia. Mereka tidak punya unit riset dan pengembangan produk memadai.

Ditinjau dari aset dan volume perdagangan rokok di indonesia, riset seperti ini sesungguhnya gampang direalisasikan. Riset inovasi semacam ini akan menuklik pada akar masalah menghilagkan stigma negatif rokok kretek, dan tentunya jauh lebih murah dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk lobi dan iklan yang konon mencapai lebih dari 60% biaya produksi.

Rokok kretek adalah salah satu produk kearifan lokal yang masih tersisa sebagai pemberi konstribusi nyata terhadap perekonomian nasional. Sayang sekali rokok kretek terlanda isu sebagai produk tidak sehat tanpa didukung data hasil riset memadai. Isu rokok tidak sehat berhembus dari luar negeri dan di bagian riset asing, sementara itu indonesia sendiri kurang memiliki kepercayaan diri melakukan inovasi karena ide rokok sehat ini terkesan menantang arus. Padahal tidak akan pernah ada terobosan inovasi bila tidak melakuan kegiatan riset yang serious dan yang berbeda degna yang dipikirkanoleh kebanyakan orang.

Semestinya bangsa indonesia dapat belakar dari china dan india. Dua negara dengan penduduk besar tantang bagaimana menghargai dan memasarkan kearifan lokal sehingga dapat menembus pasar dunia. Dalam zaman globalisasi seperti ini sebagai negara besar, indonesia juga harus mampu menjadi sumber arus berupa komoditas lokal unggulan dengan back up riset memadai.

“departemen kesehatan mengklaim kretek merugikan kesehatan lewat rancangan pereaturan pemerintah (RPP) tanpa upaya menakar dampaknya pada aspek lain secara saksama”, kata sutiman. RPP itu memprelemah industri rokok dan mengingkari kenyataan bahwa merokok dan bercocok tanam tembakau merupakan budaya bangsa yang tentunya tidak mudah merubahnya selain berisiko memperlemah sendi-sendi perekonomian dan sosial budaya bangsa.

Rokok kretek sifanya sangat kompleks, sarat kepentingan dan melibatkan nasib 24 juta orang serta aset ratusan trilliun rupiah / tahun. Keputusan yang berisiko mengakhiri industri kertek, mengharuskan adanya pneyelesaian melalu program penelitian berskala nasional, yang dilakuakan secara seksama, sungguh-sungguh meliputi semua aspek kehidupan baik kesehatan, pendidikan, sosial, budaya, psikologi maupun ekonomi dengan keberpihakan yang jelas kepada kepentingan bangsa.

Program penelitian skala nasional hrus dilakukan dengan perencanaan dan koordinasi yang baik melibatkan industri rokok dan mendayagunakan bergagai sentra sumber daya peneliti. Penelitian harus menggunakan pendekatan baru yang berbeda dengan pendekatan keilmuan yang sekarang dilakukan yaitu pendekatan nano biologi katan sutiman yang juga pemilik beberapa paten hasil risetnya. (suaramerdeka, jumat 7 januari 2011, hal 11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar