Minggu, 02 Oktober 2011

Belajar Memaknai Kata "Mencintai"...

Bismillah…..

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu pelayan Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhori dan Muslim)
-------------------------------------------------------------------------------------

Melanjutkan cerita ikhwan teman kita si Itong disini, sekarang si Itong sudah banyak belajar tentang tentang cinta dan makna 'mencintai'! (suit.. suit.. si Itong belajar tentang cinta nih... )

Berbicara tentang masalah cinta memang tidak akan pernah ada habisnya. Satu hal yang terlihat sederhana, namun sebetulnya suatu hal yang complicated, yang pasti, bahwa cinta itu tidak mesti dapat dikatakan, namun dapat dirasakan.

Bagi orang telah berhasil melabuhkan cintanya kepada mahligai pernikahan, mungkin akan tahu bagaimana keindahan cinta itu. Walau terkadang cinta juga memiliki side effect negatif bagi sebagian orang yang belum berhasil melabuhkan cinta, ada yang marah setengah hidup, ada yang dendam seumur mati.. eh kebalik.., ada yang menjadikan racun serangga sebagai minuman, ada yang lebih senang bergelantungan di pohon dengan leher terikat, ada yang mendadak hobi lompat bebas dari ketinggian, bahkan sampai ada yang memilih untuk hidup melajang sepanjang usia ketika pujaan hati tak dapat teraih.

Tapi bagi orang yg dewasa.. yg tahu bagaimana menghargai dan memaknai cinta... *halah* akan lain ceritanya...

Demikianlah yang terjadi pada seorang ikhwan temannya si Itong, sebut saja si Ipin.. (lho itu kan sodaranya si Upin..?) bukan, ini Ipin yang lain, Ipin yang ini seorang ikhwan yang mempunyai ‘kedewasaan’ dalam memaknai kata ‘mencintai’.... (haa.. emang untuk memaknai kata ‘mencintai’ perlu kedewasaan juga...) iyalah.. makanya simak cerita berikut ini...

Si Ipin adalah salah satu ikhwan yang mengalami dan merasakan pahitnya sebuah ‘kegagalan’ namun ia bisa menyikapinya dengan sebuah kedewasaan sehingga walaupun ia gagal menikahi seorang akhwat yang dicintainya.. namun tdk lantas menjadikannya seorang ikhwan yang mempunyai side effect negatif seperti yang disebutkan diatas.

Si Ipin sudah lama memendam perasaan kepada seorang akhwat, perasaan itu terus dipendam sembari terus berharap suatu saat ia berani untuk mewujudkan cintanya itu dengan menikahi si akhwat tersebut.

Setahun lebih ia tetap berkutat dalam kesendiriannya itu untuk menjadi seorang pendamba saja. Hanya lewat tulisan-tulisan maupun curhat-curhat dengan sahabat-sahabatnya saja ia mengekspresikan perasaannya itu.

Namun suatu hari, dengan keberanian.. eh kenekatan... si Ipin tiba-tiba mengutarakan niatnya kepada si akhwat.... Namun, taqdir berkata lain.

“Afwan akh, ana telah dikhitbah oleh orang lain.., ana sudah merasa cocok dengan ikhwan tersebut dan insaAllah ana merasa bahagia dengannya.... kami tinggal menunggu waktu saja. Semoga antum segera mendapatkan bidadari yang antum harapkan.” Demikianlah jawaban si akhwat.

Secara normal bisa dibayangkan bagaimana kecewanya perasaan si Ipin setelah sekian lama memendam perasaan kepada si akhwat tanpa berani mengutarakannya dan hanya menjadi seorang pendamba... dan saat keberanian .. eh kenekatan itu muncul... dan diutarakannya keinginannya utk mengkhitbah dan menikahi akhwat tersebut... berakhir dengan jawaban seperti itu.... namun benarkah si Ipin kecewa berat..??

Namun ternyata tidak terlihat ada sebuah beban atau rasa sakit yang terpancar pada wajah si Ipin. Bahkan sebaliknya, ada senyuman dan ucapan syukur yang terucap dari si Ipin. Bagaimanakah hal itu bisa terjadi.... ternyata jawabannya ada pada dialog antara si Ipin dengan si Itong berikut ini.

Saat si Itong mencoba menanyakan hal ini kepada si Ipin. Dengan tenang ia menjawab, “Alhamdulillaah akh… Ana nggak apa-apa kok. Kalau dibilang sakit, ya sedikit. Kalo dibilang kecewa yang pastilah ada. Tapi kembali lagi, ana bersyukur dengan semua ini. Mungkin bagi antum agak aneh, kenapa ana dapat sesuatu yang agak menyakitkan kok bersyukur… “

“Ana bisa jelaskan pada antum, pertama ana bersyukur karena ana telah behasil menyampaikan keinginan ana untuk menikahi dia. Antum tahu kan, ana dari dulu paling nggak berdaya kalo berhadapan sama dia. Kedua, ana bersyukur karena hati ana sangat lega sudah dapat jawaban, meski jawabannya tidak sesuai dengan yang ana harapkan. Ketiga, ana bersyukur karena Allah sudah membuat ana mencintai dia. Keempat, ana bersyukur karena ternyata dia bisa bahagia, meski bukan dengan dan karena ana.”
“Whaattzz... !, Maksudnya?”, tanya si Itong.

“Ana mencintai dan ingin menikahinya karena ana ingin membahagiakannya. Tetapi, jika ternyata tanpa ana ia bisa merasa bahagia, kenapa ana harus bersedih? Ana memang sudah berniat dalam hati untuk berusaha membuatnya bahagia dengan cara apapan. Dan mungkin salah satunya dengan merelakan ia bersama ikhwan pilihannya itu. Dan saya bisa menangkap sekaligus merasakan kebahagiaan yang ia rasakan saat ini dengan ikhwan pilihannya tersebut. Jadi kenapa ana harus khawatir… “ kata si Ipin.

“Sekali lagi ana tegaskan, bahwa ana mencintainya bukan berarti ana harus memilikinya.. (alaah klise itu Pin...) namun semata-mata ingin membuatnya bahagia..., jika ternyata saat ini ia bisa merasakan kebahagiaan, maka berarti keinginan ana sudah tercapai bukan…?” tambah si Ipin. (wah kalau ada ikhwan yang seperti engkau Pin... kayaknya akan banyak akhwat yang jatuh hati deh..)

“Antum tidak sakit hati atau kecewa Pin…?” tanya si Itong.
“Sedikit sih. Tapi saya memang sudah siap untuk sakit hati atau kecewa. Karena cinta itu hanya bermuara pada dua pilihan, iya atau tidak.... kalau tidak siap ditolak, ya tidak usah maju. Kalo tidak siap sakit hati, ya tidak usah nikah... “ (wah segitunya Pin...)


“Kita kan tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi, jadi coba saja. Apapun hasilnya yang penting kita sudah berusaha. Saya bahagia kok ditolak, seperti saya bahagia jika seandainya saya diterima.” kata Ipin.

“Yah.., kegagalan adalah awal dari keberhasilan akh…”, kata si Itong menghibur temannya. Sambil kembali tersenyum si Ipin berkata,
“Alhamdulillaah ana tidak ngerasa gagal akh. Ana justru merasa telah berhasil....”
“Maksud loh...?”, sahut si Itong.

“Ya, setidaknya ana telah berhasil dalam 2 hal. Pertama, ana berhasil jujur pada diri ana pribadi dan juga padanya, bahwa ana memang benar-benar memiliki niat yang tulus dan serius padanya. Kedua, ana telah berhasil membuat dia bahagia dengan merelakannya bersama dengan orang yang dia cintai.” Jawab si Ipin.

“Antum aneh…!”, kata si Itong.
“Cinta memang terkadang aneh akh..., Mungkin sudah saatnya kita harus sedikit merubah paradigma berpikir kita. Cinta itu bukan untuk memiliki, tapi untuk membahagiakan. Jika kita mencintai untuk memiliki, maka kita mencintainya seperti cinta seorang diktator, yang akan melakukan segala cara untuk memilikinya sehingga cenderung bersikap egois dan mengekang. Jika kita mencintai untuk membahagiakannya, maka kita mencintainya seperti cinta orang tua, yang akan melakukan segala cara untuk membuatnya merasa nyaman dan bahagia, meski mungkin ia tidak sadar dan tidak mengakui cinta kita.” jawab si Ipin.

“Ana tambah pusing… trus apa ini artinya antum sudah berhenti untuk mengejarnya?”, tanya si Itong kemudian.

“Untuk mengejarnya mungkin iya akh. Tapi untuk berharap, ana masih belum berpikir untuk berhenti. Karena ana sangat ingin dia bahagia karena kerja keras ana akh, bukan karena keringat orang lain. yah, paling tidak sampai kenyataan berkata bahwa ana udah tidak punya peluang lagi…” kata si Ipin

Si Itong memang tidak sepenuhnya mampu mencerna bagaimana jalan pikiran si Ipin. Tapi paling tidak, si Itong bisa melihat niat tulus dan besarnya cinta yang dimiliki si Ipin.

Tapi, seperti si Ipin bilang, cinta itu bisa bermuara pada dua hal, diterima atau ditolak, bahagia atau sengsara. Keduanya adalah dua hal yang berbeda, namun mempunyai esensi yang sama.

Akhirnya si Itong tambah pusing …! namun, ada si Itong telah belajar satu hikmah yang sangat benilai bagi dia bahwa:

Cinta adalah bagaimana kita membahagiakan orang yang kita cintai.... dengan begitulah kita merasa bahagia, dan dengan begitulah kita mencintainya..., dan cinta akan semakin indah dan sangat bermakna kalau kita tahu bagaimana cara memaknai kata ‘mencintai’.....

Wallahu’alam Bishowab.

-------------------------------------------------------------------------------------

Dikutip dari blog seorang teman dan ditujukan untuk diri sendiri...pengalaman pribadi nie ye:P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar