Wahai ibuku yang terkasih…
Anakmu ini sangat merindukan tutu katamu yang lembut, senyum yang menenteramkan, belaian yang menyejukkan hati, dan kasih sayangmu yang tulus. Bukan cacian dan makian yang selama ini aku terima. Karena aku salah sedikit saja ibu pasti langsung memarahiku, tanpa bertanya dulu. Tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan. Padahal ibuku, kelembutan itu apabila ia berada pada sesuatu, maka akan menjadikannya mulia, dan jika kelembutan itu hilang daripadanya, niscaya akan menjadikannya hina. Ibu…kalau saja kelembutan itu berada pada keluarga kita, niscaya akan menjadiakn keluarga kita keluarga yang mulia. Kenapa engkau tidak bisa menahan amarah?
Ibuku yang cantik…
Terima kasih atas semua perhatian yang engkau berikan selama ini, aku merasakan itu sebagai bentuk tanggung jawabmu terhadap anak-anakmu. Tetapi tahukah ibu hawa aku ini manusia biasa, sama seperti anak-anak lainnya yang ingin merasakan kebebasan berekspresi, ingin bermain dan bersosialisasi dengan anak-anak lainnya dengan lingkungan sekitarku, ibu. Tetapi engkau selalu melarangku untuk bergaul dengan teman-teman, dengan alasan bahwa ibu takut jadi apa-apa padaku. Ibu, engkau begitu sangat mengkhawatirkanku. Terima kasih bu, tetapi aku tidak menginginkan itu semua. Aku ingin mendapatkan kesempatan untuk beraktualisasi diri, merasakan indahnya masa bermainku. Masih ingat apa yang ibu katakana kepadaku ketika aku ingin bermain dengan teman-teman, waktu itu ibu mengatakan jangan nanti kulitmu jadi hitam, rambutmu nanti bau matahari, kamu akan terbawa pergaulan yang tidak baik! Apakah ibu mengetahui denga benar perilaku teman-temanku itu sehingga ibu mencapnya tidak baik?
Ibuku yang baik….engkau begitu ingin sekali aku menjadi apa yang seperti ibu cita-citakan sehingga ibu begitu menggebu-gebu memasukkanku ke lembaga pendidikan dan beberapa bimbingan belajar sehingga nyaris setiap hari aku habiskan waktu untuk mengikuti pelajaran. Padahal ibu, jauh di lubuk hatiku, aku ingin merasakan kegembiraan sebagaimana kegembiraan anak-anak lainnya. Aku ingin tertawa bersama mereka, aku ingin mencoba permainan yang biasa mereka mainkan. Sesungguhnya ibuku yang baik, engkau telah menjauhkan duniaku dengan mereka semua. Tetapi baiklah ibu, aku akan menuruti apa yang engkau inginkan karena tidak mau menjadi anak durhaka sebagaimana yang sering ibu katakan kepadaku ketika aku mencoba menolak keinginanmu….
Ibu…semua yang ibu lakukan kepadaku karena ibu sangat mencintaiku, sangat menyayangiku, itu aku tahu ibu. Dan untuk itu tak henti-hentinya aku mengucapkan terima kasih. Bu, aku pernah dengar dari pak guru di sekolah, bahwa cinta itu sejatinya adalah saling memahami, saling menghormati, dan saling memberi. Ibu, jika anakmu ini boleh bertanya, pernahkah ibu memahamiku sebagai pribadi? Pernahkah ibu menghormati eksistensiku sebagai anak? Pernahkah ibu memberiku kesempatan berbuat sesuatu layaknya anak-anak? Tetapi ibu, aku tidak akan menuntut itu semua karena aku pernah mendengar dari pak guru bahwa cinta sejati itu tidak menukar kebaikan yang kita berikan dengan apa yang kita inginkan, cinta sejati itu memberi bukan menuntut.
Ibuku yang pintar…seolah tidak ada habisnya kata-kata yang keluar dari mulutmu. Karena itu, aku bingung sendiri apa yang ibu katakan, ibu banyak mengomel tanpa alasan, walau hanya kesalahan kecil, tetapi ibu begitu sering menghardik dan mengomeliku. Aku hanya boleh menjadi pendengar yang baik . apakah anak-anak hanya boleh mendengar saja tanpa diberikan kesempatan untuk bicara, ibu? Tetapi jangan khawatir ibu, bahwa anakmu ini akan selalu mendengarkan nasihat-nasihat ibu, akan selalu menyayangi dan mencintai ibu. Karena engkaulah ya telah melahirkanku ke dunia ini. Terima kasih ibu.
Ayah dan ibu yang baik…lewat tulisan ini, aku tidak bermaksud menyalahkan dan menghakimi kalian sebagaimana yang sering kalian lakukan kepadaku. Ayah dan ibu yang lemah lembut, kekerasan yang selama ini sering terjadi baik terhadapku, terhadap ibu, terhadap ayah akan menjadi batas yang akan memisahkan kita. Tamparan tanganmu hanya akan menjadi jurang pemisah antara kita. Sikap dinginmu akan selalu memperkeruh suasanan pergaulan kita. Dan setiap omelanmu ibu, akan selalu mengerdikanku di mata teman-temanku.
Ayah dan ibu yang super sibuk….bolehkah anakmu ini tetap berharap suatu hari kelak kebersamaan dan keindahan sebagaimana layaknya sebuah keluarga, aku rasakan? Bolehkan aku berharap jika aku berbuat nakal, tidak menurut, berbuat kesalahan, dan keas kepala, kalaian mendoakan aku supaya manjadi anak yang baik, anak yang shalih, dan berbakti kepada orang tuanya? Bolehkah aku mendengar lantunan doa kalian ang memohon petunjuk dan hidayanhNYA agar aku menjadn yang kamili insane yang kamil? Tetapi ayah dan ibu aku berjanji akan senantiasa menjadi anak yang sholeh dan berbakti keapa orang tua. Dan aku akan bersaksi dihadapan Allah SWT dan mendoakan kalian berdua. Aku akan memohon pertolongan Allah untuk menyelamatkan dan memberi ampunan untuk ayah dan ibu. Bukankah doa yang didengar dan dikabul oleh Allah salah satuya adalah doanya anak yang sholeh?
Anakmu yang selalu mendoakan kalian…
****
Sumber: "Hentikan Kebiasaan Berbahaya bagi Anak"...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar