21 Desember 2011 jadi moment paling mendebarkan dipenghujung tahun ini. Pasalnya dapet Surat Cinta dari pak polisi he...(surat tilang maksudnya). Sekitar tanggal 05 desember 2011 diminta berhenti sebentar saat melintas di jalan sekitar pasar bitingan. Light on nya lagi off he…alias ga nyalain lampu. Tak perlu ditanya gimana rasanya he…endingnya diminta sidang tanggal 14 Desember 2011.
14 Desember 2011 memenuhi undangan dari pak polisi untuk sidang di pengadilan. Sampai disana ketemu sama temen SMP kasusnya sama denganku. Datang dipengadilan jam 7.15 disitu diminta cari hal sidang yang telah tercantum di papan pengumuman. Hmm musti menarik napas sangat panjang untuk tidak uring2an tapi tetep keluar he…ada sekitar 1000 orang yang akan mengikuti sidang dihari itu, liat2 satu persatu nama, nomer surat tilang, nomor plat nomor ampe alamat rumah, tulisanne cuilik2 buat yang nikmat melihat tak berkurang tak ada masalah tapi buat saya dengan minus yang ku punya sama sekali tak keliatan, saya dan temenku berjam2 mencari nama masing-masing, ada beberapa orang di sana yang menawarkan jasa pengambilan.
“Fit, kata bapak yang disana bayar 40ribu terima beres nanti kita bisa ambil STNK jam 11.00” kata temenku menawariku.
“saya pengen liat proses sidang sebenarnya gimana, jadi saya pilih untuk mengambilnya sendiri STNK dan mengikuti sidang sendiri.” Begitu jawabku sama temenku.
Dia pun tidak menerima tawaran para penyedia jasa itu dan mengikuti sidang sendiri. Kembali uyel2an dengan ribuan orang, temenku dah dapat nomer ruang sidangnya dan segera mencari tempatnya dan saya masih sibuk uyel2an ma ratusan orang, uring2an ga karuan nie gimana sih yang buat pengumuman ruang sidang ga urut sama sekali, tidak sesuai urutan nama, tidak sesuai urutan nomor surat tilang, kenapa sih ga pake SIM (Sistem Informasi Manajemen) hari gini masih mampang pengumuman di papan. Coba pake computer pake ctrl+F dah langsung ketemu. Bisa dibuat mudah kenapa dibuat susah ya?? Pengadaan computer dipengadilan susah kah??? Mosok ga mampu beli???
Endingnya memang ga ada namaku di papan pengumuman itu, salah seorang ibu di sana bilang “mbak, kalo memang namane njenengan ga ada, coba njenengan ke polres, tanyakan kog namanya njenengan ga ada, kalo njenengan mau bisa diselesaikan dipolres juga tapi biasanya agak mahal kalo dipolres.”
Tanpa pikir panjang lansung menuju polres, dan tumpahlah semua amarahku.
“Pak, kog namaku ga ada di jadwal sidang hari ini?” tanyaku
“Sebentar mbak, tak cari dulu” jawab pak polisi
“Pak, kenapa kog papan pengumumannya yang ditempel itu ga urut nomer, nama atau alamat pak?”, jadinya kami kesulitan mencari ruang sidangnya”
Kenapa, ga pake computer saja” tanyaku pada pak polisi
“Ya, itu sulit mbak, kalau musti diurutkan, ada sekitar 1000 orang yang melakukan pelanggar yang mengikuti sidang.” Jawab pak polisi
“lha kan bisa sehari sebelum penentuan ruang sidang diurutkan dulu berdasarkan nomer atau abjad nama pelanggar, kan bisa pak? “ (pikirku pake excel kan cepet nek gur ngurutke ya)
“Itu wewenang petugas pengadilan mbak, bukan dari polres” jawab pak polisi
“Kami Cuma mengirim berkas surat tilang ke pengadilan, yang buat jadwal ruangnya dari pengadilan sendiri.” Tambah pak polisi
“OOOOO”…jawabku tak bisa ngeyel lagi he…
“Nie mbak, berkase njenengan ketinggalan disini belum sampai kepengadilan” kata pak polisi
“ye..dasar, mo nyari ampe beruban dipengadilan juga pasti ga ada wong berkase ketinggalan dipolres” bisikku dalam hati
“Terus gimana nie pak solusinya” tanyaku
“Ya begini saja mbak, sidangnya njenengan saya pending saja tanggal 21 Desember 2011, untuk sementara mbak pake surat tilang ini dulu” kata pak polisi
“Yah Sidang lagi pak, ya udah” gerutuku sambil memendam jengkel ma pak polisi.
Padahal udah bela-belain ijin Cuma buat ngurus, malah dipending.
Oke…kejengkelan telah usai…
Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu itu datang hari Rabu, 21 Desember 2011 datang, belajar dari pengalaman sebelumnya, saya datang lebih awal sangat awal ding, undangan jam 08.00 jam 07 kurang 5 menit berangkat dari rumah tak lupa bawa kaca mata.
Sampai di parkiran sudah ditawari sama pak satpamnya, mbak mau diambil sendiri atau diambilkan? Kalo diambilkan 40 ribu. Setibanya didepan papan pengumuman di tawari lagi, mau diambilkan atau diambil sendiri? 40 ribu mbak, ni sama saja kog mbak, kalo njenengan ambil sendiri juga segitu.
“Saya ambil sendiri bu, terima kasih”. Jawabku
Setelah mendapatkan halaman sidangku ruang sidang I halaman 16. Berhubung masih sangat pagi jadi belum dibuka. Nunggu dimushola pengadilan sambil mengamati lingkungan sekitar pengadilan. Ada pohon matoanya, enak nie kalo berbuah pikirku he..
Lama duduk dipojok mushola, saya berjalan menuju kerumunan Tanya lokasi ruang sidangku. Sesampainya diruang sidang belum dibuka ding pintunya. Jadi nunggu dilobi, banyak Koran disana, baca Koran sambil nunggu jadi pilihanku. Seperti biasa datang bapak-bapak yang bertanya liat surat tilangnya mbak?
“Ini pak” spontanitasku menunjukkan Surat tilangku.
“mau diambilkan, atau ambil sendiri?, kalo mau 50 ribu eh 45 ribu aja dech” kata bapak2 petugas yang disana
“mau ambil sendiri” jawabku
Hampir semua penyedia jasa pengambilan itu petugas Pengadilan, ini yang buatku agak heran.
Pintu dibuka dan dipersilakan menunggu didalam ruang sidang. Saya pun masuk keruang itu.
Seperti yang ditipi2 ya, ruang sidang dengan palunya bentuknya juga sama, aduhhh lupa bawa kamera, jadi ga bisa mendokumentasikan ruang sidang dech (pikirku he,,,iso2ne mikir moto ya)
Duduk dibagian paling depan ngobrol dengan disamping kanan dan kiri seorang wanita ibu tangga punya kasus yang sama denganku, dan sebelah kananku wanita lebih tua dariku kasusnya salah jalur menemukan hal yang sama denganku tentang penyedia pelayanan jasa pengambilan.
Kita semua terheran-heran kog bisa petugas pengadilan itu melakukan itu? Apa itu termasuk penyuapan?
Lalu bahas penilangan ditempat tu termasuk penyuapan apa ga ya? Itu masuk ke kantong pribadi ato Negara ya?
“Kalo ditilang mending sidang aja bu” kataku
Menurut cerita temenku kalo di sidangkan setidaknya uangnya masuk ke kas Negara bu
“Iya, kalo masuk ke kas Negara sih ga papa mbak” jawab seorang ibu
“Melihat kelakukan para petugas pengadilan kog saya jadi ragu ya, masuk kas Negara atau kas Negara masing orang alias kantong pribadi” (waduuuuuuhhhhhhh jadi negative thinking berjamaah nie)
Oke…
Let’s positive thingking pada dasarnya tidak ada seorangpun yang bercita-cita jadi koruptor, di dunia ini itu ga ada kebijakan yang sengaja menyengsarakan rakyat, kalo pun itu benar-benar terjadi itu karena ada situasi dan kondisi yang membuka kesempatan untuk berbuat yang tidak baik, dan banyak orang yang tergoda untuk melakukannya. Ya sudah bukan urusan kita juga kan he…
Tiba saatnya mengumpukan surat tilang huee…uyek-uyekan meneh he,,,padahal kan diurutkan sesuai halaman sidang he…pada kena dech…kalo saya kan terjebak di antara orang2 yang uyek-uyekan tadi he…
Dibacakan lah hasil keputusan sidang
Melanggar 3 pasal dendanya 120 ribu…
Melanggar 2 pasal dendanya 80 ribu…
Melanggar 1 pasal tak bawa SIM ato STNK dendanya 50 ribu…
Melanggar pasal perlengkapan 35 ribu….
Saya yang mendapat giliran pertama….horeee he…bangga banget he…salah kog bangga he…
Kalo ingin sedekah sama pengadilan ato sedekah ke Negara cukup tidak membawa SIM, STNK, ga bawa helm tinggal pilih sendiri mau sedekah berapa he…(becanda ding)
Saran saya mendingan ga usah sedekah ke Negara dech, Negara kita dah kaya he…kalo mau sedekah mending langsung ke panti asuhan atau ke orang-orang yang benar-benar membutuhkan…
Jadi pengguna lalu lintas yang baik dengan membawa SIM, STNK dan Helm. Ikuti jalur yang ada he….sok teu nya kambuh…liat diri dulu dong…lha ini kan pelajaran yang saya ambil…jangan sampai yang laen mengalami hal yang sama seperti yang saya alami.
Tapi jika benar-benar dapet surat cinta dari pak polisi alias surat tilang maka tak perlu risau, minta sidang saja.
Mohon maaf bila ada kata yang kurang berkenan dihati, maaf juga bila ada kata yang tak dimengerti, seperti biasa saya mengerti kesulitan anda dalam memahami tulisanku he…karena memang semua tulisan ku ditujukan untuk diri sendiri.
**********Sekian dan Terima Kasih*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar