Kamis, 17 Februari 2011

Proses Kreatif Penulisan Novel Rumah Tanpa Jendela dan Trailernya, tayang di bioskop 24 Feb
by Asma Nadia on Friday, 11 February 2011 at 12:00

Assalamu'alaikum,

Kabar-kabari ya...:)

Alhamdulillah novel terbaru saya telah terbit: Rumah Tanpa Jendela (RTJ). Setelah 2007 menyelesaikan Istana Kedua yang diterbitkan GPU saya belum menulis novel lagi, hingga selesainya naskah novel Rumah Tanpa Jendela persis 1 Januari lalu, naskah novel ini kemudian diterbitkan Penerbit Kompas.


Ada apa di novelnya?

Kalau ada sesuatu yang baru bagi saya, adalah... saya bersyukur menulis novel Rumah Tapa Jendela ini dalam kondisi sekarang. Artinya sdh berkeluarga, memiliki anak... hingga mengerti betapa besar keinginan setiap orang tua untuk mewujudkan mimpi anak-anak. Bagaimana mereka yang telah berkeluarga tidak hanya memahat mimpi bagi mereka sendiri, namun juga mimpi anak-anaknya.


Berpikir tentang fananya kehidupan, saya bersyukur menulis novel yang dikembangkan dari cerpen berjudul Jendela Rara (dimuat di buku kumcer Emak Ingin Naik Haji, 12 cerpen pilihan). Karena pada lembaran-lembaran lebih dari 130 halaman ini, banyak ruang bagi saya untuk bicara tentang rapuhnya usia. Tentang mempersiapkan tidak hanya diri sendiri untuk menghadapNya, satu kepastian dalam hidup, yang kita sering lupa. Dan ketika ingat, kita sering berpikir untuk mempersiapkan diri, dengan memperbanyak bekal jika saat itu tiba nanti. Lupa bahwa sebagai orang tua pun kita harus mempersiapkan mereka, para buah hati itu agar tumbuh menjadi manusia yang memiliki ketegaran dan kesiapan untuk bangkit, betapa pun tragedi dan ujian hidup bertubi-tubi menghampiri dan berupaya mematahkan semangat.


Betapa impian dan keberanian untuk mempertahankannya, betapa kepercayaan untuk menyandarkan harapan kepadaNya adalah hal lain yang harus ditumbuhkan dari sekarang untuk anak-anak dan orang-orang tercinta. Hingga jika kematian datang, semoga sebagian pr sebagai orang tua itu telah kita tunaikan. Dan ananda akan tumbuh menyongsong masa depan mereka, dengan percaya bahwa harapan dan impian itu tetap ada. Bahwa mereka bisa berpegang pada janji Allah... Inna ma'al usri yusro...


Sesungguhnya kegelapan yang terasa mengungungkung saat kesulitan hidup luar biasa kita terima, sebenarnya ada titik-titik cahayaNya yang disertakan, kemudahan yang membuat kita bisa melihat betapapun, ada lebih banyak hal untuk disyukuri. Kesadaran yang semoga menguatkan langkah untuk melanjutkan hidup, meski orang-orang tercinta telah pergi.


Dan saya bersyukur, menerima tantangan menulis novel ini, setelah sebelumnya menolak permintaan Mas Aditya Gumay (sutradara Emak Ingin Naik Haji dan Rumah Tanpa Jendela), untuk menulis novelnya, sebelum filmnya terbit, mengingat singkatnya waktu. Dan meski ada cara mudah mengalihkan skenario ke film, dengan tinggal memindahkan adegan2 visual menjadi narasi2 novel, saya tidak bisa memilih cara ini. Menulis bagi saya hal yang pribadi, dan benar-benar pekerjaan hati. Lama saya termenung di depan layar yang masih putih bersih hanya untuk memikirkan, akan memulai dari mana. Bagaimana menghadirkan kisah ini agar penonton filmnya tetap menemukan kebahagiaan dan sesuatu yang berbeda saat membaca novelnya. Dan ini tantangan lain.


Bagaimanapun sungguh saya bersyukur sebab akhirnya saya bisa menulis sesuatu yang pada prosesnya memberikan kesadaran dan menggugah saya pribadi, akan begitu banyak hal yang belum saya siapkan bagi anak-anak.


Novel Rumah Tanpa Jendela semoga menjadi sebuah karya yang walaupun sederhana tetapi inspiratif. Mengajak bangkit mereka yang terpuruk. Mengajak berbesar hati mereka yang kehilangan. Mengajak kita melihat juga potret sosial di tanah air. Selain, meluruskan keikhlasan untuk menerima semua pemberian Allah, sebagai sebuah anugerah, bagaimanapun kondisinya.


Dalam film tokoh Aldo tidak disebut autis, hanya special needs. Namun dalam novel bagi saya ini kesempatan untuk menulis ttg anak-anak special needs ini, khususnya autis. Semoga bisa memberikan sedikit masukan bagi pasangan yang menjadi orang tua untuk bisa mendeteksi lebih awal jika ananda autis.


Novel dan film Rumah Tanpa Jendela yang akan tayang 24 feb ini semoga menjadi ruang lain bagi kita, para ayah dan bunda, para kakak dan adik, siapa saja untuk berkaca dan membuka hati, untuk melihat begitu banyak cinta, kebaikan yang bisa kita tebarkan.

Mohon doa dan dukungan rekan semua.

Insya allah 100% keuntungan tiket bioskop film ini akan didonasikan bagi anak-anak Indonesia yang membutuhkan. Karenanya ketika melangkah ke bioskop nanti, bismillah niatkan untuk menjadi bagian dari gerakan cinta bersama ini. Semoga Allah mencatat keikhlasan siapa saja dan mengganti uang untuk membeli tiket dan menonton film ini, dengan ganti yang lebih baik. Amin...

wass


Asma Nadia

www.rumahbacaasmanadia.com

without edit ah males he...ini note dari asma nadia...ceritanya bagus...apalagi da tentang cerita anak-anak spesial need khususnya autis...aku sedang tertarik untuk mempelajarinya...cerita ini sama seperti naura seorang anak di TK yang kebetulan juga sama, mereka menyebutnya autis, tapi dengan kesabaran dari orang tua, guru dan lingkungannya sekarang naura banyak mengalami perubahan...dia pintar...bisa bahasa inggris juga lho...suka bereksperimen...sudah mulai mengenal peraturan...bisa di ajak berkomunikasi...pernah suatu ketika ada seorang ibu yang kebetulan tetanggana juga punya anak yang autis suka marah2, suka teriak2 sangat aktif sekali, tak mau diam, tak mau tenang sampai2 si ibunya bilang tak tahan dan menyerah untuk mendidik dan membimbing anaknya lagi dia rela membiarkan anaknya di pukuli pembantuna mungkin dengan kekerasan bisa menaklukkan anak ini mungkin begitu pikirnya...rasa tak mampu membayangkan jika seorang ibu memilih menyerah untuk mendidik, membimbing dan mendampingi anaknya???bagaimana nanti?? lalu siapa yang akan membimbing anaknya klo bukan ibunya?? hal ini yang membuatku tertarik dan ingin tahu lebih dalam tentang apa itu autis, sebab dan solusinya...seperti yang di alami oleh bu sri murni yang menulis buku "Faisol Sayang Mama Sampai Tua", buku ini bercerita tentang kegigihan seorang ibu yang memiliki anak autis, seorang ibu yang minim ekonomi dan minim ilmu...ibu sri murni ni dahulu seorang yang suka belajar namun orang tuanya justru menentang keinginan anaknya...Subhanallah...kasih ibu tak terhingga sepanjang masa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar